Jakarta – titahnews.com | Biennale kembali hadir setelah tertunda selama 4 tahun. Dolorosa Sinaga, pematung dan aktivis kemanusiaan, sebagai Direktur Artistik Jakarta Biennale, bersama Direktur Program Farah Wardani menggagas tema ‘ESOK’, ini terungkap saat konfirmasi pers Jakarta Biennale 2021 bertempat di Gedung Stovia Jl.Abdurahman Saleh No 26 Jakarta Pusat, Kamis (18/11/2021).
‘ESOK’ adalah sebuah konsep Jakarta Biennale merupakan suatu persembahan bagi kota Jakarta dan penduduknya yang telah begitu menderita selama pandemi, sekaligus sebagai sebuah ajakan dan panggilan untuk membangun masa depan yang penuh harapan, lebih lenting, dan lebih kreatif.
Tiga kurator Grace Samboh (Indonesia), Sally Texania (Indonesia), dan Qinyi Lim (Singapura), bergabung untuk menggarap proses kuratorialnya. Proses kuratorial mengenai tema ESOK ini telah dimulai sejak akhir 2019. ESOK dibayangkan sebagai sebuah tantangan bagi para seniman untuk mewujudkan visi masing-masing.
Kujang Sumber Inspirasi Dan Motivasi Bagi Prajurit Dalam Membela Kebenaran
Polisi Temukan Tanaman Ganja di Sungai Tebal, Lembah Masurai Kabupaten Merangin
Tantangan tersebut menyentuh berbagai permasalahan kehidupan hari ini: hak asasi manusia, krisis iklim,
keberagaman, pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, diskursus kebudayaan, hingga gangguan digital dan situasi pandemi.
Melalui pendekatan “aktivisme kuratorial”, strategi dan praktek seni dihadirkan lewat beragam medium,
platform, ruang fisik dan virtual, seni relasional dan partisipatoris, serta arsip sebagai basis pengkaryaan
dan produksi pengetahuan. Dengan itu, ESOK ingin mengajak warga, dan semua yang terdampak pandemi, untuk terlibat dalam percakapan tentang apa yang dapat dilakukan bersama dan bagaimana praktek seni bisa berkontribusi terhadap ekosistem seni dan kota sebagai sebuah peristiwa sosial, terutama atas apa yang telah terjadi selama hampir dua tahun terakhir ini.
“Sebagai kegiatan seni kontemporer terpanjang dalam sejarah Indonesia, selama 47 tahun Jakarta
Biennale telah mendokumentasikan apa yang dikatakan dan dilakukan tentang seni pada dunia sekitar
kita. Jakarta Biennale merupakan tolak ukur dalam dunia seni di Indonesia,” ujar Farah Wardani.
“JB2021: ESOK tidak dimaksudkan sebagai sebuah kegiatan seni ‘Blockbuster’ dan juga tidak mengikuti
model Seni Global yang ‘mapan’, tetapi justru bertujuan untuk membantu perkembangan karya-karya
berkualitas tinggi dan punya arti secara sosial, yang dihasilkan oleh para seniman, komunitas, warga,
dan kolektif. Banyak karya yang hadir pada penyelenggaraan kali ini merupakan kolaborasi jarak jauh dan terpencil. Karya-karya ini adalah kemenangan atas kesulitan, sebagai kado bagi kota yang telah sangat menderita karena pandemi,” imbuh Farah.
Melalui Pencak Silat, Korem 091/Aji Surya Natakesuma Gelar Komsos Kreatif
“Kata ESOK berasal dari bahasa Indonesia “besok” yang artinya mengacu pada hari berikut; memandang
ESOK sebagai masa depan, dengan rasa urgensi yang kuat bersifat segera. ESOK adalah harapan, harapan bersama, adalah doa semua manusia untuk kehidupan yang baik bukan untuk ditindas atau tersiksa. Kita semua terikat dalam sejarah, pribadi, kelompok, bangsa di mana hak asasi manusia, melekat dalam diri kita semua, bahwa nilai-nilai kemanusiaan bagian yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia.
ESOK adalah komitmen bagi kita semua untuk bertindak dan berbicara tentang perubahan, sebagai
respon etis bagi masalah yang kita hadapi hari ini; ekonomi, sosial, politik dan ekologi.
ESOK adalah perjuangan menguatkan solidaritas lintas batas, lintas gender, lintas sejarah untuk kemajuan bersama menuju masa depan yang lebih baik.
ESOK adalah peluang bagi institusi seni seperti Jakarta Biennale melakukan reposisi diri dan mampu menginspirasi, memfasilitasi dan berkontribusi bagi perubahan sosial. Bahwa seni bukan hanya instrumen platform ekspresi artistik tapi juga platform aktivisme yang mengaktivasi seni untuk perubahan.
ESOK adalah percakapan antar generasi yang membahas isu-isu kontemporer yang disebabkan oleh kebijakan, tindakan, dan sistem yang diwarisi pendahulu kita. ESOK adalah membangun sejarah kemanusiaan dari sekarang.
ESOK adalah tantangan bagi seniman, bagi kita semua, untuk temukan alasan mengisi alam semesta melalui kekuatan seni, melalui taktik dan strategi produksi seniman dalam mengeksplorasi tentang nilai- nilai kemanusiaan.
ESOK adalah perubahan dalam semua lini kegiatan manusia agar menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bagi kebahagiaan umat manusia di bumi.
“Mari kita mulai perjalanan kita menuju ESOK!” ajak Dolorosa Sinaga.
Grace Samboh sebagai kurator, “Apa yang kami tawarkan dengan ESOK adalah mengajak semua orang untuk bersama dalam sebuah spektrum kerja artistik yang memungkinkan adanya berbagai kesempatan untuk semua orang, seniman, kolaborator, penonton, publik, untuk terlibat dan mengaktifkan isu-isu masa lalu, sekarang, dan mendatang konsolidasi berbagai konteks sosial yang berbeda, tingkat kesadaran, dan toleransi lewat cara-cara alternatif dan bermakna”, katanya.
Selain pameran juga mengadakan program-program yang melibatkan publik, seperti Guided Tour untuk
masyarakat, berbagai workshop seni, simposium dan pemutaran film. (S Erfan Nurali)