Riau —Hari Lingkungan Hidup 2025 memperlihatkan secara jelas relasi kemunduran demokrasi dan lingkungan hidup. Berangkat dari hal tersebut, WALHI Riau bersama kelompok muda berasa dari Mapala Wanapalhi USTI, Humendala FEB Unri, KPA EMC2 FMIPA Unri, Phylomina Faperika Unri, Satwa Saraha FEB UIR, Fasifik FISIPOL UIR dan Pondok Belantara. Peserta aksi mengingatkan bahaya kerusakan lingkungan hidup dengan keberlanjutan kehidupan kita. Karena itu aksi tersebut dilakukan di kawasan ekosistem Sungai Siak, sungai yang tercemar karena limbah industri, limbah rumah tangga, dan sampah plastik.

Muhammad Aldi Saputra, Ketua Humendala FEB Unri menyebut Sungai Siak merupakan salah satu simbol pencemaran lingkungan hidup di Riau. Saat ini status Sungai Siak sebagai sungai tercemar. Kajian Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) menyebut Sungai Siak tercemar bahan kimia klorin, fosfat hingga mikroplastik. Selanjutnya, Jurnal Rekayasa Hijau menyebut aktivitas perkebunan kelapa sawit, Hutan Tanaman Industri (HTI), dan pabrik pengolahan nabati, dan pemukiman penduduk berkontribusi pada pencemaran Sungai Siak.

“Di atas sungai tercemar ini kami membentang dan menyampaikan pesan untuk peduli pada sungai dan lingkungan hidup. Untuk memulihkan Sungai Siak dan lingkungan hidup di Riau, pemerintah harus dengan tegas menegakkan hukum dan memaksa perusahaan-perusahaan pencemar dan perusak lingkungan hidup untuk bertanggung jawab melakukan kegiatan pemulihan secara menyeluruh,” sebut Aldi.

WALHI Riau juga mendorong pemerintah menggunakan kewenangannya untuk melakukan reviu perizinan perusahaan-perusahaan yang mengakibatkan kerusakan secara terus menerus. Upaya pemulihan harus selaras dengan dorongan pemulihan hak atas tanah dan sumber daya alam masyarakat Melayu dan masyarakat lokal di Riau yang dirampas oleh skema perizinan serampangan dan aktivitas ilegal.

Hari Lingkungan Hidup 2025 mengangkat tema ending plastic pollution. Pencemaran Sungai Siak salah satunya diakibatkan polusi plastik. Sampah plastik yang dibuang ke Sungai Siak akan terfragmentasi menjadi mikroplastik dan berbahaya untuk kesehatan manusia, spesies, termasuk ekosistem sungai.

Para peserta aksi juga menyerukan agar pemerintah berbagai level tidak hanya melakukan gimmick dan ikut-ikutan seruan global dengan tema tersebut. Pemerintah harus dengan tegas mengatasi dan memulihkan Sungai Siak dari polusi plastik dan pencemar lainnya. Memastikan pemulihan Sungai Siak akan relevan memastikan warisan lingkungan hidup tanah Melayu yang lebih baik untuk generasi depan. Posisi Sungai Siak sebagai lokasi prioritas pemulihan daerah aliran sungai (DAS) harus segera dilaksanakan.