Tolitoli – Kepolisian Resor (Polres) Tolitoli menggelar Forum Group Discussion (FGD) bertema “Penanganan Penyalahgunaan Narkoba di Pedesaan” di Aula Parama Satwika, Rabu (10/9). Kegiatan ini dihadiri , tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi kemasyarakatan, hingga perwakilan mahasiswa.

Kapolres Tolitoli, AKBP Wayan Wayracana Aryawan, S.I.K., menegaskan bahwa penyalahgunaan narkoba telah menjadi ancaman serius di wilayahnya. “Kita tidak boleh diam. Jika ada laporan masyarakat, pintu kami selalu terbuka. Bila ada anggota Polri yang terlibat jaringan, segera laporkan, pasti kami tindaklanjuti,” ujar Kapolres.

Jalur Laut Jadi Pintu Masuk

Dalam pemaparan Kasat Intel, disebutkan bahwa Tolitoli menjadi salah satu jalur peredaran narkoba dengan masuknya barang haram itu melalui laut. Hampir semua kecamatan pesisir, seperti Dampal Selatan, Dampal Utara, Ogodiede, Tolitoli Utara, Galang, dan Baolan, disebut rawan karena memiliki “pelabuhan tikus”.

Kasat Narkoba menambahkan, kondisi peredaran narkoba di Tolitoli sudah masuk “stadium IV”. “Kami berkomitmen menjadi pionir dalam pemberantasan narkoba. Namun Satnarkoba tidak bisa bekerja sendiri, perlu dukungan semua pihak,” ujarnya.

Peran Masyarakat Didorong

Sejumlah tokoh yang hadir menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat. Ketua umum LSM GIAK Sulteng Henri Lamo, S.E .menilai penanganan narkoba harus bersifat luar biasa karena ancamannya juga luar biasa. “Ini bukan hanya tugas kepolisian, tapi tanggung jawab semua pihak,” tegasnya.

Perwakilan mahasiswa HMI menyoroti minimnya aktivitas karang taruna di desa, sehingga anak muda lebih rentan terhadap narkoba. Sementara perwakilan MUI menyatakan pihaknya telah membentuk pengurus hingga tingkat kecamatan untuk membantu penyuluhan agama terkait bahaya narkoba.

Kepala Desa Kinapasan, mengaku khawatir karena di wilayahnya ada desa yang disebut “sarang narkoba”. “Kami butuh dukungan dan tindakan serius agar peredaran ini tidak meluas,” katanya.

Sektor Pendidikan Jadi Fokus

Dari sektor pendidikan, perwakilan Dinas Pendidikan menekankan perlunya pencegahan sejak dini. Polisi diminta aktif masuk ke sekolah-sekolah untuk memberikan edukasi tentang bahaya narkoba.

Kepala Kantor Kemenag setempat menambahkan, penyuluh agama siap dilibatkan dalam program Polres Tolitoli. “Kami sudah menyebarkan selebaran tentang bahaya narkoba. Tinggal bagaimana memfungsikan peran penyuluh di setiap kegiatan,” ujarnya.

Sinergi Semua Pihak

Kapolres menutup diskusi dengan menekankan pentingnya sinergi. “Kami sudah sepakat dengan forkopimda untuk bergerak bersama. Saya bersihkan dulu ke dalam, baru kita bergerak ke luar. Pemberantasan narkoba butuh keseriusan, tidak bisa hanya mengandalkan satu institusi,” tegasnya.

Dalam tiga bulan terakhir, Satnarkoba Polres Tolitoli bersama Dirnarkoba Polda Sulteng berhasil mengungkap peredaran tiga puluh kilogram sabu di Desa Kapas. Capaian ini disebut sebagai bukti komitmen aparat, meski tantangan di lapangan masih sangat besar.