BATAM – Ribuan warga Kota Batam tumpah ruah di halaman Maha Vihara Duta Maitreya, Senin (6/10/2025) malam, untuk memperingati Festival Pertengahan Musim Gugur (Mid Autumn Festival) 2025. Festival budaya Tionghoa ini berlangsung meriah di bawah sinar bulan purnama yang indah, dengan berbagai pertunjukan seni seperti tarian tradisional, nyanyian, hingga pesta kembang api yang memukau penonton.

Acara tahunan yang sarat makna ini menjadi ajang silaturahmi antarwarga dari berbagai kalangan. Tidak hanya masyarakat umum, sejumlah tokoh penting juga tampak hadir, termasuk Wakil Ketua III DPRD Kota Batam, Hendra Asman, SH., MH., yang datang bersama keluarga.

Dalam sambutannya yang berlangsung sekitar sepuluh menit dan disambut tepuk tangan meriah, Hendra mengajak seluruh masyarakat Batam untuk menjadikan festival ini sebagai momentum memperkuat nilai-nilai persatuan, kedamaian, dan kebahagiaan bersama.

“Saya ajak kita semua untuk menghargai diri sendiri, menghargai lingkungan kita, dan sama-sama bergandengan tangan untuk hidup damai dan bersukacita,” ujar Hendra Asman.

Politisi Partai Golkar itu juga menekankan pentingnya kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, kebahagiaan sejati berawal dari cinta terhadap diri sendiri, keluarga, dan sesama.

“Hidup ini anugerah, Bapak dan Ibu semua. Sayangi keluarga kita, sayangi diri sendiri, dan sayangi sahabat-sahabat kita,” ucapnya lagi disambut tepuk tangan warga.

Selain memberikan pesan moral, Hendra juga menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pemimpin vihara dan para guru di Batam yang selama ini telah memberikan dukungan dan doa untuk dirinya serta keluarga.

Dalam kesempatan tersebut, hadir pula sejumlah Pandita seperti Pdt. Wirya Candra, Pdt. Jimmy Tanaka, serta dosen Universitas Internasional Batam (UIB), Lu Sudirman, bersama tokoh masyarakat dan undangan lainnya.

Makna Festival Mid Autumn

Festival Mid Autumn atau Festival Pertengahan Musim Gugur merupakan salah satu tradisi penting dalam budaya Tionghoa yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Perayaan ini jatuh pada bulan ke-8 kalender Imlek, bertepatan dengan munculnya bulan purnama yang dianggap sebagai simbol kesempurnaan dan kebersamaan.

Dalam tradisi ini, masyarakat biasanya berkumpul bersama keluarga untuk bersyukur atas hasil panen, menikmati keindahan bulan, dan berbagi kue bulan (mooncake) sebagai simbol keutuhan serta keharmonisan hidup.

Perayaan di Batam tahun ini tidak hanya menjadi ajang melestarikan nilai-nilai budaya, tetapi juga memperkuat semangat toleransi dan kebersamaan antarumat beragama, sejalan dengan semangat hidup damai yang disampaikan oleh Hendra Asman.

“Mari kita terus hidup dalam kedamaian dan kebahagiaan, karena itulah makna sejati dari perayaan ini,” tutup Hendra.