Pekanbaru – Adanya pernyataan dari Hondro dan pihak menejement JP Pub bahwa masyarakat tidak keberatan dengan berdirinya JP Pub terbantahkan. Hal ini bisa terlihat dari ratusan massa demo yang datang menggeruduk JP Pub jalan Sobrantas pada hari Senin (12/12) sore. Para pendemo yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat seperti ulama, tokoh Riau, organisasi kepemudaan dan juga mahasiswa. Mayoritas peserta demo adalah ibu-ibu yang tidak ingin moral anak-anaknya rusak dan terbawa pengaruh buruk akibat adanya JP Pub.

Ini bukti masyarakat keberatan dan sekaligus terbantahkan pernyataan manajeman JP PUB dan Hondro.

Pihak manajeman mengatakan bahwa masyarakat hanya terbawa arus yang dihembuskan para saingan bisnis, namun masyarakat dapat menilai kebenarannya. Hasil pantauan awak media, aksi yang dilakukan masyarakat juga dihadiri oleh perangkat RT/RW dan Tohoh masyarakat seperti Azlaini Agus, Husni Tamrin serta beberapa orang mantan anggota DPRD.

Azlaini Agus mengungkapkan, “Penolakan juga telah disampaikan MUI Bina widya dengan menyurati manajement JP Pub nomor surat: 02/MUI/KWB/XII/2022. Surat tersebut juga dilampirkan berbagai pertimbangan alasan penolakan terutama alasan dekat pemukiman, pesantren, mesjid serta tempat pendidikan,” ungkapnya.

Azlani Agus meminta pemerintah agar bisa peka terhadap suara suara masyarakat, “Jika memang JP Poker telah memiliki izin maka pemerintah harus bisa mencabut izin tersebut. Tapi hingga kini pihak Pemko menyatakan belum mengeluarkan izin. Apabila izin itu dikeluarkan oleh Pemrov maka harusnya Pemrov bisa mempertimbangkan dan pelajari dulu sebelum mengeluarkan izin,” ujarnya.

Saat yang sama ketua RT 04 /RW 02 juga menyampaikan bahwa hingga sekarang RT dan RW belum menandatangani rekomendasi untuk pengurusan izin, sudah pasti izin takan keluar dari pemko.

Husni Tamrin menambahkan bahwa ini adalah perjuangan amar makruh nahi mungkar, “Ini adalah sebuah bentuk kegelisahan masyarakat dengan adanya JP Pub. Tempat hiburan malam ini telah sangat mencederai nurani masyarakat. Apalagi berdirinya JP Pub hanya beberapa meter dari pondok pesantren dan juga pemukiman penduduk. Belum lagi JP berdiri tak jauh dari Universitas di Riau, yang mayoritas mahasiswa bermukim dekat dari JP Pub, katanya.

Aksi juga di suarai oleh Ibu-ibu yang gelisah akan rusaknya moral anak-anak bangsa. “Baru tiga hari berdiri, tapi sudah buat masyarakat sekitar tidak tidur oleh dentuman yang memecah telinga. Mereka bahkan beroperasi hingga larut malam. Yang lebih miris banyak wanita wanita pakaian seronok tampak memasuki lokasi tersebut. Belum lagi adanya dugaan peredaran Narkoba, miras dan Prostitusi. Bagaimana nasib anak bangsa kedepan jika ini dibiarkan,” ujar salah seorang ibu yang ikut demo. (Teti Guci)