Pekanbaru – Senin, 30 Juni 2025 Mapala Suluh FKIP Universitas Riau bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) Maju bersama Kelurahan Tanjung Kapal, Kecamatan Rupat, melakukan penanaman bibit kopi Liberika. Kegiatan ini sebagai komitmen peralihan kebun kelapa sawit ke kebun kopi di lahan gambut guna meningkatkan kualitas, produktivitas dan sumber ekonomi petani di Pulau Rupat (29/06).
Kegiatan penanaman juga dihadiri oleh Pemerintah Kelurahan Tanjung Kapal, Prof Dr Ashaluddin Jalil, Guru Besar Sosilogi FISIP Universitas Riau, tokoh masyarakat, Brimapa Sungkai, mahasiswa Universitas Riau, WALHI Riau, dan Pokja Percepatan Perhutan Sosial Riau.
Prof. Asssaludin Jalli, mengatakan kopi Liberika berperan penting menjaga kelestarian hutan lahan gambut, karena karakter kopi Liberika sesuai dengan ekosistem gambut dan mampu hidup berdampingan sebagai salah satu jenis tanaman hutan serta mendorong agroforestry. “Diharapkan kegiatan ini dapat menjadi contoh bagi pihak lainnya dalam upaya perlindungan ekosistem gambut dan peningkatan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Ia mengharapkan ada keberlanjutan setelah proses penanaman hingga panen, selain itu perlu peran multi pihak terutama pemerintah untuk mengembangkan potensi kopi Liberika sebagai alternatif ekonomi masyarakat.
Kopi liberika merupakan komoditi dengan karakterik yang cocok dengan ekosistem gambut. Karena komoditi ini tidak rakus air dan tidak merusak tata kelola hidrologi gambut. Hal ini sangat cocok untuk pemulihan ekosistem gambut Pulau Rupat. Kemudian jenis komoditi ini dapat ditanam tumpang sari dan tidak memerlukan land clearing. Artinya, kopi liberika dapat tidak akan menyebabkan deforestasi dan menambah beban Pulau Rupat sebagai pulau kecil.
Mimi Safitri, Ketua Mapala Suluh FKIP UNRI mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan kebun percontohan peralihan tanaman kelapa sawit menjadi kopi liberika seluas satu hektar. Kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat melalui praktik tanaman kopi di sela tanaman kelapa sawit produktif. Pemilihan lokasi tanam di sela tanaman kelapa sawit adalah memanfaatkan kelapa sawit sebagai naungan kopi liberika sehingga mampu mengurangi intensitas matahari sampai ke kanopi daun. Kemudian pemilihan usia tanam kelapa sawit juga sangat penting mengingat tujuan penanaman ini adalah peralihan komoditi.
“Pada kebun percontohan ini, kami menanam 500 bibit kopi liberika di sela tanaman kelapa sawit berusia ±15 tahun. Ketika kelapa sawit memasuki usia tidak produktif, kopi liberika sudah siap memberikan manfaat bagi masyarakat dan menjadi komoditi alternatif yang sesuai dengan karakteristik ekosistem gambut. Semua ini kami lakukan sebagai upaya peningkatan ekonomi masyarakat serta mendorong pemulihan Pulau Rupat dengan pemanfaatan ekosistem gambut secara berkeadilan dan berkelanjutan,” ujar Mimi.