[vc_row][vc_column][vc_column_text]Penilus : Herwin Saputra, S.Sos

Hukuman Mati untuk Koruptor, Demi Indonesia Emas 2045

Di era digital yang serba transparan, kita pernah menduga ruang gerak korupsi akan semakin sempit. Namun, kenyataannya justru sebaliknya: korupsi dilakukan semakin berani, bahkan terang-terangan dan berjamaah. Kasus dugaan korupsi di Pertamina yang merugikan negara hingga Rp1.000 triliun dalam lima tahun adalah potret nyata betapa korupsi telah menjadi penyakit kronis yang menggerogoti bangsa.

Mengapa mereka berani?
Apakah karena miskin? Tidak. Gaji direktur utama Pertamina saja mencapai Rp3,5 miliar per bulan, jauh melampaui kebutuhan hidup rata-rata rakyat yang hanya sekitar Rp4,5 juta. Maka jelas, korupsi bukanlah soal kebutuhan, melainkan soal keserakahan.

Teori GONE yang dikemukakan Jack Bologna dapat menjelaskan ini:

  • Greedy (Keserakahan): Nafsu yang tak pernah puas, meski harta melimpah.

  • Opportunity (Kesempatan): Lemahnya penegakan hukum, aparat bisa dibeli, aturan bisa dimanipulasi.

  • Need (Kebutuhan): Gaya hidup mewah yang dipertontonkan pejabat menciptakan kebutuhan palsu tanpa batas.

  • Exposure (Pengungkapan): Korupsi sulit diungkap karena dilakukan berjamaah dan terstruktur dari atas hingga bawah.

Korupsi bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga penghianatan terhadap negara. Ia menghancurkan ekonomi, memperlebar kesenjangan, merusak moral bangsa, dan mengancam cita-cita besar Indonesia Emas 2045. Selama hukuman bagi koruptor hanya sebatas penjara singkat, mereka tidak akan jera. Malah, banyak yang tetap bisa menikmati hasil rampasan setelah bebas, bahkan kembali masuk sistem pemerintahan.

Karena itu, Indonesia perlu langkah berani: menerapkan hukuman mati bagi koruptor kelas kakap. Negara seperti Tiongkok telah membuktikan bahwa hukuman mati dapat menimbulkan efek jera yang nyata. Jika narkoba dianggap merusak generasi, maka korupsi jauh lebih berbahaya karena merampas masa depan seluruh rakyat.

Indonesia butuh pemimpin yang berani, tegas, jujur, dan bijaksana untuk menegakkan aturan ini. Tanpa keberanian melawan para pengkhianat bangsa, sebesar apa pun pajak dan pendapatan negara akan sia-sia, hanya berakhir di kantong segelintir orang.

[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]